Hasan Husen Assagaf

Posts Tagged ‘Kisah Nabi’

♣ Silsilah 25 Nabi Dan Rasul

Posted by HASAN HUSEN ASSAGAF pada Februari 25, 2012

Silsilah 25 Nabi Dan Rasul

images

Allah mengutus para nabi dan rasul untuk menyampaikan risalah serta menyebarkan ajaran Islam ke muka bumi.

RASUL

Rasul adalah seorang laki laki merdeka yang menerima risalah atau wahyu dari Allah dan ia juga diperintahkan baginya untuk menyampaikannya kepada kaumnya.  Jadi boleh dikatakan juga bahwa setiap rasul pasti nabi tapi tidak semua nabi itu adalah rasul.

يَـأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ

Allah berfirman ”Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.” (al-Maidah: 67)

NABI

Nabi adalah seorang laki laki merdeka yang diturunkan kepadanya risalah atau wahyu dari Allah untuk diamalkan, namun tidak diperintahkan baginya untuk menyampaikannya kepada kaumnya.

Kenabian lebih umum karena semua rasul adalah nabi tetapi tidak semua nabi adalah rasul. Jadi orang yang bukan nabi berarti bukan rasul, dengan kata lain, untuk bisa menjadi rasul dia harus menjadi nabi. Rasul diutus untuk membawa risalah kepada manusia, untuk membawa syariat Allah dan agama yang harus disampaikan lagi kepada manusia, sedangkan Nabi saw diutus dengan dakwah dan syariat namun tidak diperintahkan untuk menyampaikanya kepada manusia.

Kenabian adalah pemberian Allah semata. Tidak semua orang bisa menjadi nabi atau julukan nabi. Kenabian tidak bisa diraih dengan cara mendekatkan diri kepada Allah. Manusia tidak mungkin mendapatkan gelar nabi dengan usaha, karena ia bukan gelar yang mungkin diraih dengan jerih payah. Kenabian adalah derajat tinggi dan kedudukan mulia yang Allah berikan kepada orang yang Dia kehendaki. Orang yang dikehendaki sebagai nabi itu telah disiapkan oleh Allah sedemikian rupa untuk memikul kenabian tersebut. Tentu sebelum jadi nabi, Allah menjaganya dari perbuatan yang buruk dan melindunginya dari segala maksiat serta menganugerahkan kepadanya akhlak yang luhur.

Jelasnya, bahwa kenabian tidak diperoleh dengan usaha tertentu, namun kenabian itu anugrah dari Allah diberikan kepada hamba-Nya yang terpilih dan tertentu. Kenabian bukan diberikan kepada orang yang mengharapkan dan memohon menjadi nabi.

Dan kita sebagai muslim, diwajibkan meyakini bahwa Allah mengutus para rasul untuk masing-masing umat yang menyeru mereka kepada tauhid. Beriman kepada seluruh rasul dan nabi adalah wajib dan merupakan rukun iman tanpa membedakan beriman kepada sebagian dan kufur kepada sebagian yang lain sebab hal tersebut sama dengan tidak beriman kepada semuanya. ”(Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya”,” (Al-Baqarah, 285).

JUMLAH PARA NABI DAN RASUL

Wajib bagi setiap muslim mengetahui bilangan para nabi dan rasul yang telah disebut dalam al-Qur’an sebanyak 25 dan wajib meyakininya secara keseluruhan bahwa Allah telah mengutus mereka sebagai nabi dan rasul yang dimulai dari nabi Adam as dan diakhiri oleh nabi Muhammad saw.

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِّن قَبْلِكَ مِنْهُم مَّن قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّن لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ

“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, diantara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan diantara mereka ada yang tidak Kami ceritakan kepadamu” (al-Ghafir, 78).

Bilangan para rasul sangat banyak, sebagian ulama mengatakan hingga mencapai 315 rasul. Sedangkan bilangan para nabi mencapai 124.000. Di antara mereka ada yang wajib diketahui dan ada yang tidak wajib. Nabi dan rasul Allah yang wajib diketahui berjumlah 25, yakni mereka yang disebutkan di dalam al-Qur’an dengan perincian sebagai berikut: Adam, Idris, Nuh, Hud, Salih, Ibrahim, Lut, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayyub, Syuaib, Musa, Harun, Dhul Kifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus, Zakariya, Yahya, ’Isa, Muhammad

Inilah jumlah nama dan urutan nabi dan rasul Allah yang wajib ketahui. Dimulai dari Nabi Adam as sebagai pembuka para nabi, dan diakhiri Nabi Muhammad saw, nabi dan rasul Allah saw yang terakhir.

Penegasan bahwa Nabi Muhammad saw adalah nabi dan rasul Allah yang terakhir telah banyak ditegaskan Allah dalam al-Qur’an dan dan ditegaskan pula oleh Rasul-Nya di dalam al-hadits. Jadi kalau ada orang mengaku sebagai nabi setelah beliau, pasti dengan tegas umat Islam akan menolak keberadaanya dan tidak mempercayainya, karena Nabi Muhammad saw adalah akhir dan penutup para nabi. Keyakinan bahwa Rasulallah saw adalah nabi terakhir begitu kuat tertanam di dada para sahabat beliau, sehingga ketika ada yang mengaku sebagai nabi, pasti dengan tegas mereka menolaknya dan sekaligus menyatakan perang kepada mereka.

Wallahua’lam

NB/

Dalam silsilah setiap ada tanda warna hijau itu berarti nabi atau rasul.. Di sini ada penjelasan sedikit tantang Adnan dan Syits

sedikit saya jelaskan :

Adnan

Adnan adalah kakek kedua puluh dua dalam silsilah keturunan Nabi saw. Diriwayatkan bahwa jika beliau menyebutkan nasabnya dan sampai kepada Adnan, maka beliau berhenti dan bersabda, “Para ahli silsilah nasab banyak yang berdusta.” Lalu beliau tidak melanjutkannya.

Jadi Adnan mempunyai peranan penting dalam nasab terakhir Rasullah saw. Segolongan ulama memperbolehkan mengangkat nasab lagi dari Adnan ke atas, dengan berlandaskan kepada hadits yang memang mengisyaratkan hal itu. Menurut mereka, antara Adnan sampai Ibrahim as ada empat puluh keturunan, yang didasarkan kepada penelitian yang cukup mendetail. Makanya dalam nasab juga kita harus berhati hati, jangan asal ngambil saja..

Syits

Syits adalah Nabi bukan rasul. Al-Qur’an menyebut beberapa orang sebagai nabi. Nabi pertama adalah Adam. Nabi sekaligus rasul terakhir ialah Muhammad saw yang ditugaskan untuk menyampaikan. Selain ke-25 nabi sekaligus rasul, ada juga nabi lainnya seperti dalam kisah Khidir bersama Musa yang tertulis dalam Surah Al-Kahf, terdapat juga kisah Uzayr dan Syamuil. Ada juga nabi-nabi yang tertulis di Hadits dan Al-Qur’an, seperti Yusya’ bin Nun (yang mengikuti perjalanan nabi Musa waktu mencari nabi Khidir), Zulqarnain yang disebut dalam surat al-Kahf, Iys, dan juga nabi Syits. ..

riwayatnya bisa jadi panjang kalau di teruskan.. yang penting untuk merujuk tentang nasab nasab para nabi anda harus merujuk ke kitab kitab yang bisa diterima kebenaranya seperti Qashash Anbiya’ oleh ibnu Katsir .. Albidayah wan Nihayah oleh Ibnu Katsir, hadits hadits yang mutawatir yang bisa diterima keshahihanya.

Sangat dihargai sekali kunjungan dan perhatian anda… dan untuk membaca lebih luas lagi tentang sejarah para nabi dan rasul silahkan klik:

♣ Ringkasan Sejarah 25 Rasul

Wallahu’alam
Hasan Husen Assagaf

silsilah21

Posted in Silsilah 25 Nabi dan Rasul | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , , | 93 Comments »

Roti dari Kota Nabi

Posted by HASAN HUSEN ASSAGAF pada Desember 20, 2008

download (1)Oleh: Hasan Husen Assagaf

يا غاديا نحو الحبيب عســـــاك تقر الســــلام إذا وصلت هناك
و عســـــاك تجري ذكر مثلي عنده فهو الشــــفاء لدائنا و لداك
و قل السلام عليك يا خير الورى من عاشق طول المدى يهواك

Wahai musafir sampaikanlah salamku kepadanya setibamu di Madinah
Mudah2an kau menyebutku di maqamnya karena beliau obat bagi kita semua
Katakanlah “Salam atasmu wahai sebaik baiknya manusia” dari perindu

sepanjang masa yang tak henti henti mencintainya

Suatu hari seorang pekerja dari desa A’bkara, desa yang letaknya tidak berjauhan dari kota Bagdad, datang ke rumah Amirul Mumini Ali bin Abi Thalib ra. Ia melihat pintu rumah beliau terpentang lebar. Ia menengok ke kiri ke kanan, ke samping dan ke dalam rumah, tapi tidak didapatkan tanda tanda ada orang di dalam rumah beliau.

Akhirnya, ia memberanikan diri mengucapkan salam. Setelah mendapat izin dari penghuni rumah, ia pun masuk. Di pojok rumah ia melihat Imam Ali ra sedang duduk berlutut. Di hadapan beliau ada sebuah mangkok dan kendi kecil berisi air.

Setelah dipersilahkan duduk, Tiba tiba Imam Ali ra mengeluarkan sebuah bungkusan kecil terbuat dari bahan baju. Pekerja yang datang ke rumah beliau menyangka bahwa bungkusan itu berisi uang yang akan dihadiahkan kepadanya. Dengan sudah payah Imam Ali membuka bungkusan itu dan merogohkan tangan beliau ke delamnya. Ternyata di dalamnya bukan ada uang atau emas akan tetapi sekeping roti kiring yang membuat orang itu tercengang keheranan. Imam Ali memasukan roti kering itu kedalam mangkuk lalu dituangkannya air dari kendi yang sudah tersedia. Melihat kelakuan beliau, pekerja tadi semakin heran dibuatnya.

Setelah itu, Imam Ali ra berkata kepadanya “Ayo silahkan kita makan bersama sama”. Sambil menggelenggelengkan kepadanya karena keheranan, orang tadi berkata “Apa yang kamu lakukan ini wahai Amirul Muminin. Kamu hidup di negeri Iraq, makanan orang orang Iraq lebih banyak dan lezat dari ini.”. Imam Ali pun berkata dengan penuh kekhusyu’an “Demi Allah apa yang kamu katakan itu betul, akan tetapi roti ini berasal dari kota Nabi saw, Madinah. Sesungguhnya aku lebih senang memasukan makanan ke perutku dari kota yang aku cintai”.

Dari kisah di atas kita bisa mengambil bukti kuat akan kecintaan Imam Ali ra kepada kota Rasulullah saw, Madinah, sampai sampai beliau tidak memilih baginya makanan yang dicintainya kecuali makanan yang datang dari Madinah. Tapi kenapa beliau tinggal di kufah pada saat beliau menjadi khalifah bukan menetap saja di Madinah kota Rasulallah saw sebagaimana khalifah khalifah sebelumya. Beliau hijrah ke Irak (ke Kufah) bukan karena keinginannya untuk bersenang senang, akan tetapi terpaksa karena terjadi gojolak fitnah busuk akibat terbunuhnya khalifah Utsman ra oleh kaum pemborontak.

Dulu, sebelum datang islam, kota Madinah dikenal dengan nama Yathrib, diambil dari nama orang yang pertama kali menduduki kota itu. Kemudian ketika Rasulallah saw hijrah dari Mekkah kota ini diganti namanya menjadi Madinah. Ia merupakan pusat perkembangan Islam sampai beliau wafat dan dimakamkan di sana. Selanjutnya kota ini menjadi pusat dakwah, pengajaran dan pemerintahan Islam. Dari kota ini Islam lalu menyebar ke seluruh jazirah Arabia dan lalu ke seluruh dunia.

Madinah berjarak kurang lebih 450 km dari Mekkah. Zaman dulu orang memerlukan waktu cukup lama untuk mencapai Madinah, kurang lebih satu bulan lamanya tentu dengan menggunakan kedaraan unta. Sekarang hanya dapat ditempuh kurang lebih 4 jam melalui jalan tol yang dibangun oleh pemerintah Saudi. Pada masa kekuasaan Usmaniyah-Turki, terdapat jalur kereta api yang menghubungkan antara kota Madinah dengan kota Amman-Yordania serta Damaskus-Syria. Dari sana jalur kereta api bisa langsung ke Istambul-Turki atau ke Haifa-Israel yang dikenal dengan nama Hejaz Railway (di bawah ini saya kirim foto foto pemandangan kota Madinah zaman dulu semasih ada kereta api. Anda tinggal klik saja). Kini jalur itu sudah tidak ada lagi dan stasiun kereta api Madinah dijadikan Museum. Ya sudah barang tentu jalur kereta api dahulunya digunakan untuk kelancaran pengangkutan jamaah haji.

Singkatnya, Imam Ali ra mencitai kota Madinah bukan karena kotanya yang indah dan subur, beliau mencintainya karena kota itu punuh dengan keberkahaan, rahmat Ilahi dan cahaya Rasulallah saw. Bahkan sampai sekarang kota itu telah menjadi magnet menyedot milyaran manusia datang untuk berziarah karena di samping mendapatkan keberkahan Rasulallah saw juga shalat di masjid beliau memiliki pahala 10000 kali dibanding dengan sholat di masjid masjid lainya kecuali Masjidul haram – Makkah. Madinah tidak pernah tidur menyambut para pengunjung yang datang dari pelosok bumi sepanjang tahun.

Siapa gerangan diantara kita yang tidak tergiur untuk sholat di masjid Rasulallah saw dan duduk diantara kebun-kebun surga?

Jangan lupa lihat foto foto kota Madinah Zaman Dulu, silahkan klik: Foto Foto Nostalgia Kota Nabi

Wallahua’lam

Posted in Roti Kering Dari Kota Nabi | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , , | Leave a Comment »

Dari Dhafar ke Hadramut

Posted by HASAN HUSEN ASSAGAF pada April 4, 2008

Nabi Hud as, dari Dhafar ke Hadramut

download

A’ad adalah nama suku bangsa Arab yang hidup di perkampungan Al-Ahqaf, terletak antara Hadramaut (Yaman) dan Dhafar (Umman). A’ad termasuk suku bangsa tertua sesudah kaum Nabi Nuh as yang terkenal dengan kekuatan jasmani dalam bentuk tubuh yang besar dan perkasa. Mereka dikurniai Allah tanah yang subur dengan sumber-sumber airnya yang mengalir dari segala penjuru. Penghidupan mereka dari bercocok tanam. Hidup mereka sangat makmur, sejahtera, dan bahagia “Baldatun Thayyibatun wa Robbun Ghofur”, sehingga mereka berkembang biak menjadi bangsa terbesar diantara bangsa bangsa yang hidup di sekitarnya.

Kaum Aad tidak mengenal Allah Yang Maha Kuasa sebagai Pencipta alam semesta. Mereka menyembah berhala berhala yang diberi nama Shamud dan Alhattar dan disembah sebagai tuhan mereka yang menurut kepercayaan mereka dapat memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan, kerugian dan segala musibah. Sebagai akibat dari kelakuan mereka timbul kemungkaran, kerusuhan dan tindakan sewenang-wenang di dalam masyarakat di mana yang kuat menindas yang lemah, yang besar memperkosa yang kecil dan yang berkuasa memeras yang di bawahnya.

Kemudian Allah mengutus kepada mereka Nabi Hud dari golongan mereka sendiri, dari keluarga yang terpandang dan berpengaruh, terkenal sejak kecil dengan kelakuannya yang baik, budi pekerti yang luhur dan sangat bijaksana dalam pergaulan dan bermasyarakat.  Allah telah memberi tugas kepada Nabi Hud untuk membawa mereka ke jalan yang benar, beriman kepada Allah. Beliau hanya menjalankan perintah Allah dan memperingatkan mereka bahawa jika mereka tetap menutup telinga dan mata maka mereka akan ditimpa azab dan dibinasakan sebagaimana terjadinya atas kaum kaum sebelumnya seperti kaum Nuh yang mati binasa tenggelam dalam air bah.

Ajakan dan da’wah Nabi Hud as ditolaknya dengan berbagai alasan dan ejekan serta hinaan yang diterimanya dengan penuh kesabaran.  Setelah itu datanglah masa pembalasan dari Allah terhadap kaum Aad yang kafir dan membangkang. Allah telah turunkan siksaan dan azab dalam dua tahap.

Tahap pertama berupa kelaparan dan kekeringan yang melanda ladang-ladang dan kebun-kebun mereka, sehingga menimbulkan kecemasan dan kegelisahan karena mereka tidak lagi memperolehi hasil dari ladang-ladang dan kebun-kebunnya seperti biasanya. Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka bahawa kekeringan itu adalah suatu peringatan pertama dari Allah agar mereka sadar akan kesesatan dan kekafiran mereka dan kembali beriman kepada Allah dengan meninggalkan persembahan mereka yang batil kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah. Akan tetapi mereka tetap membangkang dan berpaling kepada ajaran dan da’wah nabi Hud as. Mereka bahkan pergi memohon kepada berhala-berhala mereka meminta perlindungan dari musibah yang mereka hadapi.

Kemudian turun siksaan dan azab yang kedua yang dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal. Mereka menyambutnya dengan gembira karena mereka sangka akan turun hujan lebat yang akan membasahi ladang ladang mereka dan menyirami kebun kebun mereka. Melihat sikap kaum Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud: “Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awam rahmat bagi kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan Allah yang telah ku janjikan” Dengan sekejap mata datanglah apa yang telah diramalkan Nabi Hud bahwa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi angin taufan dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh dan halilintar. Bencana angin taufan itu berlangsung selama tujuh malam sehingga sempat menyampuh bersih kaum Aad yang congkak dan menghabiskan mereka dengan keadaan yang menyedihkan.

Adapun Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman telah mendapat perlindungan Allah dari bencana yang menimpa kaumnya.Beliau meninggalkan perkampungan Dhafar (Oman) setelah cuaca kembali tenang menjuju ke Hadramut, di sana beliau tinggal  dan menghabiskan sisa hidupnya sampai beliau wafat dan dimakamkan. Makam beliau terletak di atas sebuah bukit di suatu tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun dan selalu dikunjungi para penziarah yang datang beramai-ramai dari seluruh penjuru negeri, terutama pada bulan Sya’ban.

Wallahu’alam,, Riyadh 4 April 2008, Hasan Husen Assagaf

Terlampir artikel dari teman Group yang studi di Universitas Al-Ahqaf – Hadramut.. kisah ziarah kubra’ Nabi Hud as yang dipimpin oleh Hb Umar bin Hafidh di Hadramut

images (4)Ziarah Agung Nabi Hud a.s.

Nabi Hud a.s. adalah termasuk Rasul pertama kali yang telah Allah utus ke Bangsa Arab, yaitu kepada Kaum ‘Ad pada masa 2000 tahun sebelum Masehi. Kaum ‘Ad adalah kaum yang dianugerahi kekuatan yang berbeda dengan kaum-kaum selainnya. Bahkan lebih jauh dari pada itu, mereka adalah termasuk salah satu kaum yang mempunyai peradaban maju di bidang pertanian dan arsitektur, mereka membangun pemukiman dengan memahat bukit-bukit batu dan mendesainnya dengan arsitektur yang Indah. Mereka juga termasuk Ummat yang pertama kali menyembah Berhala setelah masa terjadinya Banjir Dahsyat pada masa Nabi Nuh a.s., akan tetapi kaum ini telah Allah ‘azab dengan mengirimkan Mendung dan angin yang menyiksa mereka selama 8 hari 7 malam, sehingga tak tersisa seorangpun dari Kaum ‘Ad melainkan sirnah. Hal ini dikarenakan pengingkaran dan pembangkangan mereka kepada ajakan Nabi Hud a.s. untuk meninggalkan penyembahan berhala-berhala yang telah dibuat oleh nenek moyang mereka.

Nabi Hud a.s. tinggal di sebuah Lembah antara Yaman dan Oman, beliau wafat dan dimakamkan di tempat tersebut, tepatnya adalah Syi’b Hud yaitu Lembah kecil yang dinisbatkan kepada beliau.

Perihal Ziarah Nabi Hud a.s. sebagaimana disebutkan Oleh Ibnu Hisyam bahwasannya Nabi Sulaiman a.s. bahkan Dzul Qarnain pernah menziarahi beliau. Bahkan di area pemakaman Nabi Hud a.s. terdapat sebuah papan informasi yang bertuliskan bahwa kegiatan Ziarah Nabi Hud a.s. telah ada sejak 4000 tahun silam, dan kegiatan Ziarah dilakukan sepanjang hari dalam satu tahun. Akan tetapi pada zaman dahulu puncak ziarah terjadi pada Musim Panen Kurma, di mana pada masa Jahiliyah ada sebuah pasar yang terkenal di Kompleks Pemakaman Nabi Hud a.s. tepatnya di Lembah Adam. Setiap musim panen kurma tiba mereka menuju pasar tersebut untuk berniaga sekaligus berziarah ke Nabi Hud a.s.

Ziarah Umum ini berlangsung setiap masa panen Kurma, hingga akhirnya pada abad ke 10 Hijriyah Syeikh Abu Bakar Bin Salim membuat tradisi baru Ziarah Agung pada bulan Sya’ban dan inilah yang berlangsung sampai sekarang.

Al-Hamdulillah pada hari Kamis 10 Sya’ban 1436 H/29 Mei 2015 saya dan ratusan Pelajar Indonesia yang belajar di Yaman mendapat kesempatan untuk berziarah ke Makam Nabi Hud a.s. yang jaraknya hanya 1,5 jam dari Kota Tarim dengan mengendarai Mobil Pribadi atau Sewaan.

Kami berangkat sekitar jam 4 pagi dari Kota Tarim, kemudian tepat pada jam 4.30 kami melaksanakan Sholat Shubuh berjama’ah di Kota ‘Inat. Selepas Sholat Shubuh kami lanjut berziarah ke Makam Syeikh Abu Bakar Bin Salim yang berada di area tersebut.

Kemudian kami lanjutkan perjalanan menuju Lembah Hud. Sepanjang perjalanan kami disuguhi dengan pemandangan Jalanan yang membelah Padang Pasir dengan Bukit-Bukit Batu berdiri teguh memandang kami sepanjang jalan. Tepat pada jam 6 pagi kami dan Rombongan tiba di Area Pemakaman Nabi Hud a.s., sembari menunggu kedatangan Rombongan Ziarah yang dipimpin oleh Habib Umar Bin Hafidz yang merupakan salah satu Cucu dan Penerus Syeikh Abu Bakar Bin Salim, kami sempatkan berkeliling sebentar di area makam sembari sarapan dengan sepotong roti dan segelas Juz Mangga.

Di kompleks Makam Nabi Hud a.s. terdapat pasar yang menyediakan makanan dan cindra mata Khas Hadramaut. Hal ini mengingatkan kami pada Kompleks Pemakaman Wali Songo yang ada di Pulau Jawa, hanya saja di sini tidak ditemukan seorang pengemispun begitu juga wanita. Bedahalnya dengan Kompleks Pemakaman & Tempat Ziarah Para Wali yang ada di Indonesia selalu dipenuhi oleh Pengemis dan sesak oleh Peziarah laki-laki dan wanita.

Sebelum sampai pada area makam Nabi Hud a.s. saya sempat berbincang dengan seorang warga Tarim yang turut hadir dalam acara Ziarah tersebut, yaitu Ahmad Al-Aydrus. Beliau menuturkan bahwasannya : “1/3 dari Peziarah pada umumnya adalah orang Indonesia, hanya saja karena ada evakuasi jadi pada kesempatan kali ini para Peziarah Indonesia yang mayoritasnya adalah pelajar tak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Kemudian, uniknya Perumahan yang ada di Area Pemakaman Nabi Hu a.s. ini tidak berpenghuni melainkan menjelang Masa Ziarah Agung saja. Termasuk di sini tak ada seorang wanitapun yang akan engkau temui”, pungkas beliau.

Setelah sarapan pagi kami diarahkan oleh Pimpinan Ziarah dari Rombongan kami menuju Sungai Al-Hafif, sebuah sungai yang terletak di Lembah Hud. Di situ kami lihat banyak peziarah yang berenang, dari yang dewasa hingg anak-anak. Akan tetapi pada waktu kami hanya diperkenankan Wudhu’ saja karena waktu kedatangan Habib Umar Bin Hafidz sudah dekat.

Selepas berwudhu’ di Sungai Al-Hafif, kami menuju ke tempat Sholat yang letaknya pas berada di pinggir sungai tersebut untuk melaksanakan Sholat Dhuha. Tak lama berselang setelah melaksanakan Sholat Dhuha dan Dzikir yang ringan, tiba-tiba kami mendengar lantunan Qosidah dalam sebuah arak-arakan di bawah 3 bendera yang bertuliskan Kalimat Syahadat. Ternyata Kirab tersebut tersebut adalah Rombongan Habib Umar Bin Hafidz.

Ribuan orang terhanyut dalam rombongan tersebut. Ketika sampai di tempat Sholat, Habib Umar sholat sebentar kemudian memimpin pembacaan Yasin dan Tahlil yang tak jauh berbeda dengan kebiasaan Peziarah yang ada di Indonesia.

Setelah membaca Yasin, Tahlil dan Do’a, kini rombongan bergerak menuju Makam Nabi Hud a.s. yang hanya berjarak 300 m dari sungai. Selama dalam perjalanan, Rombongan mngumandangkan Kalimat Tasbih, Tahmid, Takbir dan Tahlil. Sebelum sampai ke Makam, Rombongan berhenti sejenak di depan sumur Taslumah yang tepat berada di tengah-tengah antara Sungai dan Makam. Dengan dipimpin Habib Umar, rombongan melantunkan Salam kepada Para Nabi dan Malaikat, kemudian dilanjutkan menapaki jalan dan lereng bukit tempat pemakaman Nabi Hud a.s.

Sesampainya di Makam Nabi Hud a.s., kembali dipimpin oleh Habib Umar, rombongan mengumandangkan Salam kepada Para Nabi dan Malaikat. Kemudian dilanjutkan pembacaan Yasin, Tahlil dan Do’a. Selepas itu dilaksanakan pula Pembacaan Maulid dan Qosidah yang berakhir sekitar jam 11.00 siang. Akan tetapi acara Ziarah masih terus berlanjut seiring silih berganti datangnya para Rombongan Peziarah dari dalam dan luar negri.

Oleh : Imam Abdullah El-Rashied
Ditulis di Tarim, Kamis 10 Sya’ban 1436 H/29 Mei 2015.

Posted in Dari Dhafar ke Hadramut | Dengan kaitkata: , , , | 4 Comments »